Notification

×

Iklan

KLIK DISINI untuk mendaftar

Iklan

KLIK DISINI untuk mendaftar

Tag Terpopuler

Industri Karet Sumut Pemicu Melemahnya Daya Beli Masyarakat

Selasa, 21 Januari 2025 | Januari 21, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-01-21T03:20:15Z

Sumatera Utara-WikiBerita


Dalam 10 tahun terakhir, harga karet dunia banyak ditransaksikan dalam rentang $1.2 hingga $1.8 per Kg. Rekor harga karet dunia mencapai level tertingginya terjadi di tahun 2011, dimana kala itu harga karet sempat menyentuh $5.4 per Kg. Harga tersebut tercapai setelah harga karet dunia sempat terpuruk ke level $1.2 di Desember 2008, setelah sempat berada dikisaran $3.3 pada bulan Agustus 2008.


Di tahun 2008, kala itu terjadi krisis sektor keuangan yang melanda AS serta Eropa. Yang sempat dikuatirkan akan menjadi awal dari krisis besar selanjutnya. Namun setelah krisis mampu dilalui, harga karet menjulang tinggi di tahun 2011. Ekspektasi akan adanya pemulihan ekonomi menjadi pemicunya. Namun harga karet di tahun 2014 hingga saat ini stagnan dan tak kunjung memperbaiki nasib petani.


Harapan setidaknya harga karet bisa di level $3 per Kg tak kunjung jadi kenyataan. Di Sumatera, kondisi berbeda justru ditunjukan oleh harga sawit. Trennya justru mengalami kenaikan dalam 40 tahun terakhir. Bahkan di 10 tahun terakhir harga sawit naik dari posisi 2.290 ringgit, sempat menyentuh hingga ke 7.000 ringgit per tonnya. Meskipun saat ini ditransaksikan di kisaran 4.300 ringgit per ton.


Petani yang tak sabar menanti pemulihan harga karet, banyak yang memutuskan untuk menggantinya ke tanaman sawit. Hal ini salah satu alasan industri karet Sumut kesulitan bahan baku. Disisi lain, kinerja ekspor karet tanah air baik dari sisi kuantitas maupun nominal mengalami penurunan. Secara rill dari 2012 ke 2023 terjadi penurunan kinerja ekspor Sumut sekitar 27%.


Industri karet Sumut juga menjadi penyebab melemahnya daya beli masyarakat di Sumut. 


“Saya  menemukan industri pengolahan karet yang mengalami penurunan utilisasi sampai jumlah tenaga kerja. Salah satu yang masih bertahan bahkan mengalami penurunan jumlah karyawan hingga mencapai 77%, bahkan saat ini didominasi oleh karyawan kontrak,” ungkap pengamat ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benyamin, Senin 20/01/2025.


Gunawan menjelaskan mereka yang dipekerjakan secara kontrak umumnya adalah karyawan tetap sebelumnya. Ditengah tekanan industri karet yang kuat, banyak pelaku usaha yang memberikan tawaran pensiun dini, lantas mengambil sebagian dari yang pensiun untuk dipekerjakan kembali. Dan saat ini melambatnya kinerja ekonomi global juga belum akan menjadi kabar baik bagi industri karet di tanah air.


“Namun harapan tetap masih ada. Karet memang tidak memiliki produk turunan sebanyak kelapa sawit. Namun, bahan baku karet masih menjadi bahan baku untuk industri otomotif, konstruksi, kesehatan serta sejumlah industry lainnya. Tentunya masih ada harapan industry ini untuk pulih nantinya. Meskipun sangat bergantung pada pemulihan ekonomi global,”tambahnya.


(Rizky Pradita)

×
Berita Terbaru Update